Home | Artikel

Ratusan SMK Uji Coba Kurikul Prototipe


Diposting pada tanggal 17 Januari 2022

Program pemerintah untuk menerapkan Kurikulum Prototipe 2022 diyakini mampu membantu sekolah mengatasi dampak kehilangan pembelajaran (learning loss) akibat tidak optimalnya pembelajaran selama dua tahun terakhir.

Termasuk, menerapkan kurikulum ini di tingkat SMK. Kurikulum Prototipe terus disosialisasikan ke berbagai SMK di seluruh Indonesia oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Vokasi). Total ada ratusan SMK yang sudah melakukan uji coba terhadap kurikulum ini sejak 2021.

Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbud Ristek, Wikan Sakarinto, menyampaikan dari SMK yang sudah menerapkan Kurikulum Prototipe, ada 400-500 SMK Pusat Keunggulan (SMK PK) telah disurvei terkait kecocokan.

"Dari survei yang kami lakukan, 95 persen Sekolah Menengah Kejuruan Pusat Keunggulan sangat cocok bagi siswa dan gurunya," terangnya dalam acara Silaturahmi Merdeka Belajar dengan tema Mewujudkan SDM Unggul melalui SMK Pusat Keunggulan dan Kampus Merdeka Vokasi.

Kurikulum Prototipe merupakan kerangka kurikulum yang lebih fleksibel, sekaligus berfokus pada materi esensial dan pengembangan karakter dan kompetensi siswa. Kurikulum Prototipe ini sudah diujicobakan di sekitar 2.500 sekolah penggerak dan 1.000 SMK PK dI seluruh Indonesia.

Wikan menilai kurikulum baru akan meningkatkan profil Pelajar Pancasila hingga mendorong project based learning sampai tiga semester. Kurikulum tersebut, kata Wikan, juga akan menyederhanakan pembentukan hard skill.

Tentu kurikulum ini akan lebih menguatkan kompetensi tidak hanya hard skill dan technical skill tapi justru platformnya dalam penguatan soft skill, karakter, dan leadership," katanya

Ia berharap kurikulum baru ini dapat membebaskan guru dan kepala sekolah untuk memerdekakan anak-anak belajar.

Meski secara kurikulum, SMK PK sudah cocok dengan saat ini namun kementerian masih memiliki tantangan untuk mewujudkan sumber daya manusia (SDM).

Misalnya dalam meningkatkan daya saing lulusan vokasi, menurunkan pengangguran, hingga menciptakan lebih banyak pengusaha.

"Kita masih punya PR besar untuk mewujudkan daya saing bangsa khususnya dari Vokasi. Juga meningkatkan SDM bangsa dan menurunkan pengangguran secara signifikan serta meningkatkan entrepreneur. Harus terus push dengan inovasi terbaru agar bisa terus meningkat. Jangan sampai cepat puas," ucapnya.

Sementara itu, terkait sekolah yang belum menggunakan Kurikulum Prototipe, Wikan menjelaskan bahwa hal itu diserahkan kepada satuan pendidikan.

"Kurikulum prototipe ini kebijakan kementerian tidak mewajibkan. Termasuk di SD, SMP, SMA itu terserah kepala sekolah dan guru-guru. Mau menerapkan kurikulum prototipe atau kurikulum yang lama, kita merdekakan," jelasnya.

Wikan sendiri sangat mengapresiasi dukungan kepada banyak guru yang sudah memahami kurikulum ini dengan baik dan terus mensosialisasikannya.

Menurutnya, Ditjen Vokasi sangat mendukung apabila ada lebih banyak guru terutama dari SMK PK yang menjelaskan tentang kurikulum prototipe itu lebih simple, lebih adaptif, lebih menguatkan pada substansi, leadership, dan yang lain.

Kini, guru yang mengisi bahan ajar sesuai konteks lokal yang bisa menjawab pertumbuhan yang terus berubah.

"Di sinilah kemerdekaan kita serahkan kepada guru dan kepala SMK. Di sana (kurikulum prototipe) juga ada projek penguatan profil pancasila dan budaya kerja. Kurikulum itu syarat dengan project based learning," papar Wikan.

Wikan berharap, untuk ke depan, semua pihak harus lebih berani berinovasi dan melakukan terobosan dalam mewujudkan pendidikan yang lebih baik.

"Ini merupakan data capaian tapi kita harus bikin langkah yang lebih hebat. Setiap program 2022 akan ada keterbaruan dan terobosan. Kita sudah lakukan itu sejak 2021. Harus lebih inovatif dan lebih berani membuat terobosan," tutup Dirjen Vokasi itu.

Salah satu sekolah yang sudah merasakan manfaat kurikulum ini adalah SMK Negeri 1 Batam.

Kepala sekolah tersebut, Lea Lindrawijaya Suroso, yang ikut hadir mengatakan sudah menerapkan Kurikulum Prototipe dalam pembelajaran.

Menurutnya, siswa begitu antusias dan bahagia karena diberikan kebebasan untuk memilih fokus materi belajar yang diminati.

"Melalui kurikulum ini, semua anak-anak (siswa) lebih bahagia karena diberikan kebebasan memilih mata pelajaran sesuai dengan minat dan bakat. Tidak dipaksa belajar yang bukan minat mereka. Beban sedikit, tapi kualitas jadi lebih bagus karena fokus," ujar Lea.

Versi cetak
# sekolah, #pendidikan

Artikel Terkait



Artikel Terkini



Event Kalender


« May 2025 »
Minggu
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jumat
Sabtu
27 28 29 30 1 2 3
4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30 31
1 2 3 4 5 6 7


Statistik Website


Visitors :798569 Visitor
Hits :1559829 hits
Month :90682 Users
Today : 1070 Users
Online : 26 Users