22 Januari 2022
Kurikulum prototipe yang diagendakan sebagai kurikulum nasional pada 2024 memiliki salah satu karakteristik utama berupa pembelajaran berbasis proyek. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menerangkan, konsep belajar semacam ini mendukung pengembangan karakter sesuai Profil Pelajar Pancasila.
Pada penerapannya, sekolah dan guru mendapat keleluasaan melaksanakan proyek pembelajaran yang relevan dan dekat dengan lingkungan mereka.
Kurikulum baru ini masih diterapkan secara terbatas pada ribuan Sekolah Penggerak dan SMK Pusat Keunggulan. Oleh sebab itu, mungkin banyak para guru Indonesia yang masih bingung seperti apa implementasinya.
Dihimpun dari laman Kemendikbudristek, beberapa sekolah yang sudah mengaplikasikan pembelajaran berbasis proyek dapat dilihat sebagai gambaran. Beberapa contohnya adalah SMAN 3 Bengkulu Selatan dan SMPN 30 Bengkulu Selatan.
Contoh penerapan pembelajaran berbasis proyek kurikulum prototipe
Di SMAN 3 Bengkulu Selatan terdapat pembelajaran berbasis proyek bernama Suara Demokrasi. Sekolah ini bekerja sama dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Bengkulu Selatan dalam kegiatan pemilihan anggota Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) pada semester lalu.
Pihak KPU Bengkulu Selatan memperlihatkan simulasi pemilihan yang demokratis di sekolah tersebut.
"Suara Demokrasi bertepatan dengan pemilihan anggota Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) di semester yang lalu. Kami mengundang KPU Bengkulu Selatan untuk memberikan simulasi pemilihan secara demokratis. Secara langsung peserta didik di sekolah kami dapat melihat serta belajar praktik baik demokrasi layaknya pemilihan umum yang dilaksanakan di Indonesia," terang Kepala Sekolah SMAN 3 Bengkulu Selatan, Herdi Agustiar, dikutip dari laman Kemendikbudristek pada Jumat (21/01/2022).
Masih dari wilayah yang sama, sekolah lain yang sudah menerapkan pembelajaran berbasis proyek dalam kurikulum prototipe adalah SMPN 30 Bengkulu Selatan. Satuan pendidikan tersebut menerapkan dua kali proyek padas semester ganjil 2021/2022 lalu.
Proyek pertama sama seperti SMAN 3 Bengkulu Selatan, yakni Suara Demokrasi. Kemudian, proyek yang kedua adalah Bhinneka Tunggal Ika.
Dalam penerapan proyek Bhinneka Tunggal Ika, siswa belajar di luar kelas dan terlibat dalam berbagai permainan. Kepala sekolah SMPN 30 Bengkulu Selatan, Erma menuturkan, permainan di sini bertujuan menyatukan ide siswa agar mereka mencapai tujuan bersama yang diinginkan.
Pada pembelajaran Bhinneka Tunggal Ika tersebut, bentuk permainan yang dilakukan contohnya tali temali dan membuat menara. Nilai yang berusaha disampaikan adalah menghargai perbedaan, kerja sama, dan kolaborasi demi mencapai tujuan.
"Jadi guru-guru yang tergabung dalam kolaborasi proyek membuat suatu permainan yang membangkitkan rasa kebersamaan, bahwa kita berbeda tapi kita bersama-sama. Saya perhatikan dengan permainan tali temali, atau membuat menara, anak-anak sangat antusias," Erma menambahkan.
Seperti disebutkan oleh Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek Anindito Aditomo pada Rapat Kerja Komisi X DPR RI dengan Kemendikbudristek RI, Rabu (19/01/2022), pembelajaran berbasis proyek dalam kurikulum prototipe bertujuan untuk mengembangkan soft skills dan karakter berupa iman, takwa, akhlak mulia, kebhinekaan global, gotong royong, nalar kritis, kemandirian, dan kreativitas.
Sumber : Detik.com